Selasa, 22 November 2016

Menuai Apa yang Aku Tanam

Malam ini nampak begitu selo bagitu, mendengarkan musik, merekap data serta sambil membaca literatur untuk mencoba mengidentifikasi katak yang aku temukan saat melakukan survei biodiversitas di Sumatra. Ketika mencari sumber referensi di laptop, tanpa sengaja membuka sebuah folder, yang berisi catatan-catatan pribadiku pada tahun 2014 lalu, tahun dimana statusku saat itu masih sebagai seorang mahasiswa yang aktif kuliah dan mengambil banyak mata kuliah. Kulihat satu persatu tulisanku (sebenarnya tidak banyak juga, karena hanya ada beberapa tulisan saja, hehe), kemudian ada salah satu tulisan yang rasa-rasanya cukup menarik bagiku untuk membacanya secara detail, dan membuatku ingin berbagi melalui blog ini. Yup, berikut ini adalah salah satu catatanku yang ku tulis pada 9 Januari 2014, tepatnya saat periode  UAS a.k.a ujian akhir semester.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Apa yang kamu lakukan sekarang, kamu akan mengunduhnya saat itu juga, lusa, ataupun dimasa depan dengan waktu yang tidak pernah kamu ketahui, tapi percayalah, bahwa itu semua akan kembali lagi kepadamu”.

SKS, Sistem Kebut Semalam, sebuah ritual yang biasa mahasiswa lakukan saat menghadapi Ujian
sumber: anieensama.files.wordpress.com

Inilah yang aku rasakan, terutama dalam perkuliahan yang menyangkut mata kuliah yang diambil. Untuk mata kuliah Pemanenan Hutan dan Konservasi Fauna Langka yang aku ambil pada semester 5 ini tidaklah meninggalkan kesan yang baik. Saat ada kegiatan perkuliahan, yang aku lakukan hanyalah ketika masuk kelas aku tidur dan selalu ada alasan untuk tidak masuk kelas. Pemanenan Hutan aku hanya masuk sebelum UTS saja, setelah UTS hampir dipastikan tidak pernah masuk, yang ku ingat adalah hanya masuk sekali pada saat kegiatan perkuliahan terakhir saja, hmm sungguh tidak pantas untuk ditiru.
Berbagai alasan aku buat untuk bisa membolos perkuliahan mata kuliah Pemanenan Hasil Hutan ini. Alasannya adalah kegiatan perkuliahannya terlalu pagi, yaitu pukul 07.00 WIB sehingga sering tidak masuk karena bangun kesiangan. Setelah aku evaluasi diri, alasan ini sangatlah tidak real dan hanya mengada-ada saja, karena pada mata kuliah yang lain dengan jam yang sama aku bisa bangun pagi dan tidak pernah membolos. Sebenarnya alasan kuliah yang terlalu pagi dan bangun kesiangan itu hanyalah alasan yang muncul karena menyalahkan kondisi lingkungan yang ada. Sebenarnya permasalahan utamanya terletak pada diri kita sendiri, yaitu MALAS.
Kita semua harus berhati-hati dengan yang namanya malas. Penyakit ini terkadang tanpa kita undangpun, ia akan menghampiri kita, dan ketika kita lengah maka penyakit ini secara perlahan tapi pasti akan masuk ke dalam diri kita. Banyak cara untuk menghindari penyakit ini, namun terkadang kita sering mengeluh tidak bisa keluar dari kemalasan tersebut. Dari pengalamanku selama ini, obat yang paling manjur untuk malas ada dua, yaitu keinginan yang kuat dari kita sendiri dan support dari orang yang kita sayangi. Memang susah jika segala hal yang terjadi pada kita itu tidak kita sendiri yang memonitoringnya. Kapan harus giat, kapan waktunya bermalas-malasan ataupun kapan waktunya untuk bersenang-senang dengan hobi yang dimiliki, itu semua tergantung bagaimana kita mengaturnya. Dan sekali lagi aku ingatkan bahwa kemalasan yang terjadi salah satunya karena tidak adanya manajemen waktu dari kita sendiri.
Manajemen waktu itu sepertinya sepele untuk dilakukan, tinggal nyusun jadwal, bikin catatan kecil, dan selalu dibawa kemana-mana catatan itu untuk mengingatkan kita dengan segala timeline yang sudah kita atur, udah itu aja, simpelkan?” itu adalah pemikiranku dulu, saat pertama kali mencoba menerapkan manajemen waktu. namun, ternyata itu semua tidak cukup untuk bisa membuat manajemen waktumu sesuai dengan apa yang sudah di susun.
Itu semua hanyalah tahap awal yang harus kamu lalui dalam menyusun manajemen waktumu. Hal yang terpenting adalah komitmen didalam diri kita sendiri, untuk berusaha semaksimal mungkin untuk mengikuti alur waktu yang sudah kita buat. Percayalah bahwa ketika kamu mengikuti alur waktu tersebut, manfaatnya tidak hanya kamu rasakan saat ini saja, tetapi manfaat terbesar akan kamu rasakan dimasa depan. Mengapa? Karena kita sudah memiliki manajemen waktu yang teratur dan kita sudah terbiasa dengan kedisiplinan menghargai waktu yang sudah kita buat. Pernah mendengar, “kedisiplinan tidaklah berwujud nyata, tapi manfaatnya sangat besar akan kamu rasakan ketika kamu sudah bisa menerapkan kedisiplinan didalam dirimu”, atau “waktu itu selalu berputar, bergerak maju kedepan, dan tidak pernah bisa berulang kembali, jangan pernah biarkan waktumu terlewati dengan sia-sia”, dan “Orang yang sukses bukan diciptakan dari banyaknya waktu yang dia lalui, tetapi orang sukses adalah orang yang berhasil menghargai setiap waktu yang dilaluinya, dan berusaha agar waktu yang dilewatinya tidak sia-sia”.
Berikanlah penghargaan kepada dirimu sendiri ketika kamu berhasil melalui hari-harimu sesuai dengan manajemen waktu yang sudah dibuat. Dan biasakanlah dirimu dengan aturan yang sudah dibuat. Lakukanlah evaluasi, ketika kita sudah melakukan sesuai dengan manajemen waktu yang kita buat, tetapi hasilnya masih belum sesuai. Telaah masalah yang ada, dan cari solusi terbaiknya. Dan ketika kamu gagal melaksanakan manajemen waktu yang sudah dibuat, buatlah punishment yang membangun semisal, dengan membuat sebuah tulisan, membaca sebuah buku, atau menabung. Itu adalah suatu hukuman yang sebenarnya sangat bermanfaat untuk diri kita sendiri bukan ???.
***
Kembali ke kegiatan perkuliahan, apa yang aku lakukan pada kegiatan mata kuliah pemanenan ternyata aku ulangi juga pada kegiatan perkuliahan konservasi fauna langka, yaitu sering bolos dengan alasan yang tidak perlu. Awalnya aku cuek saja dengan apa yang telah aku lakukan, namun aku tersadar ketika waktu ujian akhir semester dimulai. Panik, bingung, menyesal, dan pasrah adalah yang aku rasakan saat menjelang ujian dua mata kuliah tersebut, dan yang kebetulan dua mata kuliah tersebut ujiannya berurutan dalam satu hari. “Alamak, kanapa bisa begitu” ungkapku dalam hati. Keseringanku membolos, dan tidak memperhatikan saat kuliah, membuatku kacau dan bingung harus memulai belajar dari mana. Ditambah materi tiap matkulnya (mata kuliah) segudang, semakin membuatku pasrah terhadap keadaan. Apa yang terjadi saat menjelang ujian ??? karena bingung harus belajar dari mana, dan didalam pikiran ini sudah pasrah, waktu belajarpun menjadi tidak maksimal. Selalu terbayang-bayang materi yang susah-susah, hingga akhirnya aku tertidur saat malam belajar dan bangun dengan segala kepanikan yang sudah memuncak.
Tak terasa, aku sudah harus memasuki ruang ujian, dengan bekal materi seadanya yang aku pelajari, dan saat ujian yang teringat hanyalah “kenapa semalem aku bisa ketiduran, padahal materinya masih banyak yang belum aku pelajari ???”. kemudian aku mencoba mengerjakan semampuku. Setelah ujian selesai hanya penyesalan yang aku rasakan. Namun, dari apa yang telah terjadi dan saat mencoba membaca membaca satu persatu soal ujian dan mencoba mencari jawabannya didalam buku pelajaran, aku tersadar dan mengambil sebuah pelajaran penting, “bahwa soal yang diberikan sebenarnya tidaklah sesulit yang dibayangkan, terkadang kita terlalu mendramatisir keadaan dan mempersulit diri kita sendiri, yang akibatnya adalah kita tidak maksimal ketika ujian itu datang”. “yang harus kita lakukan adalah selalu mempersiapkan diri dengan segala resiko yang akan kita hadapi, lakukan persiapan yang maksimal, kuatkan keyakinan kita bahwa kita bisa melalui itu semua”, dan hal yang terpenting adalah “berusaha semaksimal mungkin, hilangkan kata pasrah dalam hidupmu dan percaya bahwa hasil yang akan kamu terima nanti adalah hasil terbaik yang kita dapatkan, dan kita bangga, karena kita benar-benar  berjuang untuk mendapatkan hasil itu”.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar