Kamis, 08 Desember 2016

Skenario Terbaik

Setiap manusia pasti punya rencana. Manusia selalu membuat dan memiliki rencana sebaik mungkin agar kedepannya menjadi lebih baik dari hari yang pernah dilalui. Ketika manusia mulai asik membuat rencananya, terkadang manusia menjadi lupa, dan menjadi ambisius untuk merealisasikan semua rencana yang sudah dibuat dan se perfect mungkin. Boleh seperti itu? Iya boleh, tapi kita harus pahami terlebih dahulu bahwa manusia hanyalah sebatas membuat rencana, tapi Allah telah menyiapkan rencana yang terbaik buat hamba Nya masing-masing.
Jadi ketika ditengah perjalanan, mungkin ada yang tidak sesuai dengan rencana yang sudah dibuat, janganlah khawatir, karena Tuhan telah menyiapkan rencana yang terbaik buat manusia. Bukankah kita semua tahu dan percaya bahwa Tuhan itu memiliki skenario terbaik untuk setiap hamba Nya? Jadi, bersedih sih boleh, tapi ingat tidak boleh berlebihan dalam bersedih ketika memang kenyataan tidak sesuai dengan rencana yang sudah dibuat. Ambil sisi positifnya, dan fokuslah memantaskan serta memperbaiki diri.

Kamis, 24 November 2016

Hujan di Malam Kamis




Panas dan Hujan, yang selalu (diper)salah(kan)

Seharian kemaren hujan terus, lebih tepatnya sejak siang hari hingga berlanjut pada malam hari. Ngomongin soal hujan, aku jadi teringat saudara kembarannya yaitu panas. Baik Panas maupun hujan adalah dua hal yang selalu disalahkan atau dikeluhkan oleh kita. Atau dengan kata lain, setiap kehadiran mereka selalu saja salah dan tidak tepat di mata kita. Maka tidak aneh jika kita sering sekali mendengar orang yang nyindir si hujan dan si panas ini.

"Yah kok hujan mulu sih, kenapa gk terang-terang sih"

"Wah gara-gara hujan nih, jadi gk bisa pergi kemana-mana"

"Buset dah, panas banget yak hari ini, sumpah gerah banget" 

"Kenapa gk gantian hujan ya, kan enak kalo hujan, gk panas"

Itulah kalimat yang sering kita dengar. Kadang, tak jarang yang disertai dengan umpatan-umpatan untuk (membenarkan diri dan menyalahkan) si hujan atau panas ini. Kata-kata Djanc*#$@, An***g, B***dan sebagainya keluar dari mulut (atau hati) kita tanpa ada rasa bersalah ketika mengucapkan kata-kata kasar itu. Jujur harus diakui, banyak orang yang melakukan hal tersebut. Aku, kamu, kalian pasti pernah mengucapkannya baik di sengaja maupun tidak.
Dan mari kita renungkan kembali, apakah kita pantas mengucapkan itu? apakah pantas kita menyalahkan hujan atau panas yang terjadi? 

Perlu kita pahami bersama bahwa yang harus kita lakukan adalah mensyukuri ketika dia (hujan/panas) datang. 

Bersyukur, karena hujan atau panas adalah salah satu nikmat dari Nya yang harus di syukuri

Bersyukur, karena kita masih diberi kesempatan menikmati hujan/panas

Dan harus bersyukur, karena Entah yang datang itu hujan atau panas, Tuhan selalu menyelipkan rencana terbaik untuk kita dibalik kedatangan hujan ataupun panas.


Rabu, 23 November 2016
Karena terkadang isi, tidak harus sesuai dengan judulnya, :)

Selasa, 22 November 2016

Menuai Apa yang Aku Tanam

Malam ini nampak begitu selo bagitu, mendengarkan musik, merekap data serta sambil membaca literatur untuk mencoba mengidentifikasi katak yang aku temukan saat melakukan survei biodiversitas di Sumatra. Ketika mencari sumber referensi di laptop, tanpa sengaja membuka sebuah folder, yang berisi catatan-catatan pribadiku pada tahun 2014 lalu, tahun dimana statusku saat itu masih sebagai seorang mahasiswa yang aktif kuliah dan mengambil banyak mata kuliah. Kulihat satu persatu tulisanku (sebenarnya tidak banyak juga, karena hanya ada beberapa tulisan saja, hehe), kemudian ada salah satu tulisan yang rasa-rasanya cukup menarik bagiku untuk membacanya secara detail, dan membuatku ingin berbagi melalui blog ini. Yup, berikut ini adalah salah satu catatanku yang ku tulis pada 9 Januari 2014, tepatnya saat periode  UAS a.k.a ujian akhir semester.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Apa yang kamu lakukan sekarang, kamu akan mengunduhnya saat itu juga, lusa, ataupun dimasa depan dengan waktu yang tidak pernah kamu ketahui, tapi percayalah, bahwa itu semua akan kembali lagi kepadamu”.

SKS, Sistem Kebut Semalam, sebuah ritual yang biasa mahasiswa lakukan saat menghadapi Ujian
sumber: anieensama.files.wordpress.com

Inilah yang aku rasakan, terutama dalam perkuliahan yang menyangkut mata kuliah yang diambil. Untuk mata kuliah Pemanenan Hutan dan Konservasi Fauna Langka yang aku ambil pada semester 5 ini tidaklah meninggalkan kesan yang baik. Saat ada kegiatan perkuliahan, yang aku lakukan hanyalah ketika masuk kelas aku tidur dan selalu ada alasan untuk tidak masuk kelas. Pemanenan Hutan aku hanya masuk sebelum UTS saja, setelah UTS hampir dipastikan tidak pernah masuk, yang ku ingat adalah hanya masuk sekali pada saat kegiatan perkuliahan terakhir saja, hmm sungguh tidak pantas untuk ditiru.
Berbagai alasan aku buat untuk bisa membolos perkuliahan mata kuliah Pemanenan Hasil Hutan ini. Alasannya adalah kegiatan perkuliahannya terlalu pagi, yaitu pukul 07.00 WIB sehingga sering tidak masuk karena bangun kesiangan. Setelah aku evaluasi diri, alasan ini sangatlah tidak real dan hanya mengada-ada saja, karena pada mata kuliah yang lain dengan jam yang sama aku bisa bangun pagi dan tidak pernah membolos. Sebenarnya alasan kuliah yang terlalu pagi dan bangun kesiangan itu hanyalah alasan yang muncul karena menyalahkan kondisi lingkungan yang ada. Sebenarnya permasalahan utamanya terletak pada diri kita sendiri, yaitu MALAS.
Kita semua harus berhati-hati dengan yang namanya malas. Penyakit ini terkadang tanpa kita undangpun, ia akan menghampiri kita, dan ketika kita lengah maka penyakit ini secara perlahan tapi pasti akan masuk ke dalam diri kita. Banyak cara untuk menghindari penyakit ini, namun terkadang kita sering mengeluh tidak bisa keluar dari kemalasan tersebut. Dari pengalamanku selama ini, obat yang paling manjur untuk malas ada dua, yaitu keinginan yang kuat dari kita sendiri dan support dari orang yang kita sayangi. Memang susah jika segala hal yang terjadi pada kita itu tidak kita sendiri yang memonitoringnya. Kapan harus giat, kapan waktunya bermalas-malasan ataupun kapan waktunya untuk bersenang-senang dengan hobi yang dimiliki, itu semua tergantung bagaimana kita mengaturnya. Dan sekali lagi aku ingatkan bahwa kemalasan yang terjadi salah satunya karena tidak adanya manajemen waktu dari kita sendiri.
Manajemen waktu itu sepertinya sepele untuk dilakukan, tinggal nyusun jadwal, bikin catatan kecil, dan selalu dibawa kemana-mana catatan itu untuk mengingatkan kita dengan segala timeline yang sudah kita atur, udah itu aja, simpelkan?” itu adalah pemikiranku dulu, saat pertama kali mencoba menerapkan manajemen waktu. namun, ternyata itu semua tidak cukup untuk bisa membuat manajemen waktumu sesuai dengan apa yang sudah di susun.
Itu semua hanyalah tahap awal yang harus kamu lalui dalam menyusun manajemen waktumu. Hal yang terpenting adalah komitmen didalam diri kita sendiri, untuk berusaha semaksimal mungkin untuk mengikuti alur waktu yang sudah kita buat. Percayalah bahwa ketika kamu mengikuti alur waktu tersebut, manfaatnya tidak hanya kamu rasakan saat ini saja, tetapi manfaat terbesar akan kamu rasakan dimasa depan. Mengapa? Karena kita sudah memiliki manajemen waktu yang teratur dan kita sudah terbiasa dengan kedisiplinan menghargai waktu yang sudah kita buat. Pernah mendengar, “kedisiplinan tidaklah berwujud nyata, tapi manfaatnya sangat besar akan kamu rasakan ketika kamu sudah bisa menerapkan kedisiplinan didalam dirimu”, atau “waktu itu selalu berputar, bergerak maju kedepan, dan tidak pernah bisa berulang kembali, jangan pernah biarkan waktumu terlewati dengan sia-sia”, dan “Orang yang sukses bukan diciptakan dari banyaknya waktu yang dia lalui, tetapi orang sukses adalah orang yang berhasil menghargai setiap waktu yang dilaluinya, dan berusaha agar waktu yang dilewatinya tidak sia-sia”.
Berikanlah penghargaan kepada dirimu sendiri ketika kamu berhasil melalui hari-harimu sesuai dengan manajemen waktu yang sudah dibuat. Dan biasakanlah dirimu dengan aturan yang sudah dibuat. Lakukanlah evaluasi, ketika kita sudah melakukan sesuai dengan manajemen waktu yang kita buat, tetapi hasilnya masih belum sesuai. Telaah masalah yang ada, dan cari solusi terbaiknya. Dan ketika kamu gagal melaksanakan manajemen waktu yang sudah dibuat, buatlah punishment yang membangun semisal, dengan membuat sebuah tulisan, membaca sebuah buku, atau menabung. Itu adalah suatu hukuman yang sebenarnya sangat bermanfaat untuk diri kita sendiri bukan ???.
***
Kembali ke kegiatan perkuliahan, apa yang aku lakukan pada kegiatan mata kuliah pemanenan ternyata aku ulangi juga pada kegiatan perkuliahan konservasi fauna langka, yaitu sering bolos dengan alasan yang tidak perlu. Awalnya aku cuek saja dengan apa yang telah aku lakukan, namun aku tersadar ketika waktu ujian akhir semester dimulai. Panik, bingung, menyesal, dan pasrah adalah yang aku rasakan saat menjelang ujian dua mata kuliah tersebut, dan yang kebetulan dua mata kuliah tersebut ujiannya berurutan dalam satu hari. “Alamak, kanapa bisa begitu” ungkapku dalam hati. Keseringanku membolos, dan tidak memperhatikan saat kuliah, membuatku kacau dan bingung harus memulai belajar dari mana. Ditambah materi tiap matkulnya (mata kuliah) segudang, semakin membuatku pasrah terhadap keadaan. Apa yang terjadi saat menjelang ujian ??? karena bingung harus belajar dari mana, dan didalam pikiran ini sudah pasrah, waktu belajarpun menjadi tidak maksimal. Selalu terbayang-bayang materi yang susah-susah, hingga akhirnya aku tertidur saat malam belajar dan bangun dengan segala kepanikan yang sudah memuncak.
Tak terasa, aku sudah harus memasuki ruang ujian, dengan bekal materi seadanya yang aku pelajari, dan saat ujian yang teringat hanyalah “kenapa semalem aku bisa ketiduran, padahal materinya masih banyak yang belum aku pelajari ???”. kemudian aku mencoba mengerjakan semampuku. Setelah ujian selesai hanya penyesalan yang aku rasakan. Namun, dari apa yang telah terjadi dan saat mencoba membaca membaca satu persatu soal ujian dan mencoba mencari jawabannya didalam buku pelajaran, aku tersadar dan mengambil sebuah pelajaran penting, “bahwa soal yang diberikan sebenarnya tidaklah sesulit yang dibayangkan, terkadang kita terlalu mendramatisir keadaan dan mempersulit diri kita sendiri, yang akibatnya adalah kita tidak maksimal ketika ujian itu datang”. “yang harus kita lakukan adalah selalu mempersiapkan diri dengan segala resiko yang akan kita hadapi, lakukan persiapan yang maksimal, kuatkan keyakinan kita bahwa kita bisa melalui itu semua”, dan hal yang terpenting adalah “berusaha semaksimal mungkin, hilangkan kata pasrah dalam hidupmu dan percaya bahwa hasil yang akan kamu terima nanti adalah hasil terbaik yang kita dapatkan, dan kita bangga, karena kita benar-benar  berjuang untuk mendapatkan hasil itu”.


Senin, 21 November 2016

My Friends, My Family, and My Parkonar

Parkonar,....adalah sebuah nama kos tempat aku menetap selama di Jogja. Ada banyak versi terkait kepanjangan dari kata "Parkonar" ini.
(i)   Partai Kosan Narti
(ii)  Perkumpulan Kosan Narti
(iii) Paguyuban Kosan Narti

Yang pada intinya berkaitan dengan berkumpul, bersosialisasi, dan bersatu untuk saling tolong-menolong. Ya, kami adalah manusia yang berkumpul dengan status anak kos, yang artinya kami tidak bisa hidup sendirian, kami membutuhkan satu sama lain untuk saling tolong menolong dalam berbagai hal. Parkonar adalah tempat kos pertama saat tiba di jogja, dan alhamdulilah bertahan sampai sekarang, kurang lebih sudah 5 tahun ini, dan personilnya pun sudah banyak yang berganti. Meski banyak anggota kos yang silih berganti pergi dan datang untuk ngekos di Parkonar, namun selalu ada keakraban dan cerita yang kami miliki. Mulai dari Banjir di lantai 2 (karena kosku berada di lantai 2), Bakar Ikan di tempat jemur pakaian di lantai 3, hingga Mbolang bareng kesuatu tempat atau sekedar "ngedan (red: gila)" bareng, mbahas hal-hal yang sebenarnya terkadang tidak perlu dibahas, hehe...

Saat ini masih tersisa 7 personil Parkonar, dengan daerah asal yang berbeda-beda, karakter yang berbeda, dan pastinya fakultas yang berbeda pula, hehe...Ada Satrio Aji Handoyo a.k.a Satriman dan Dwi Wicaksono a.k.a Dwek, mereka adalah sahabatku berjuang di Fakultas Kehutanan hingga akhirnya kami lulus bareng-bareng beberapa bulan yang lalu. Kemudian ada Bang Nio, beliau S2 Hubungan Internasional yang sekarang lagi deg-deg.an menjelang sidang thesisnya. Ada Mas Bambang a.k.a Bembi, beliau S2 di Teknologi Pangan yang baru pulang dari Jepang bulan lalu (double degree mas bro,, kerenlah pokonya). Terus ada Gross, putra kebanggaan Kupang yang barusan aja diwisuda dari Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, dan rencananya bakalan jadi dosen di Kupang (semangat bro, kembali membangun daerah), dan yang terakhir ada Mardo, mahasiswa baru asal Sumatra yang lagi belajar di Teknologi Pangan.

Oke, mungkin segini dulu cerita tentang Parkonar. Ditunggu saja cerita yang lain di lain kesempatan ya, hehe. Owh iya ini dia (foto) kami Parkonar, minus Dwek yang saat itu masih di Banyuwangi, dan Mardo yang lagi fotoin kami, hehe. Difoto itu ada juga Jawek (nomor 3 dari kanan).

Parkonar, di Pantai Depok

Minggu, 20 November 2016

Puisi Sang Panda di Pagi Hari

Malam telah berganti pagi,
Kini mentari telah menunjukkan sinarnya lagi,
Kata maaf tidak akan cukup mengobati luka dihati,
Kecuali diikuti dengan tindakan sebagai bukti,
Bahwa kedepannya tidak akan mengulanginya kembali,

Dulu....egoku tinggi
Dulu....aku bukanlah sosok yang penuh perhatian
Terlebih, dulu...aku bisa dibilang cuek sekali
Tapi yakinlah itu dulu,....sekarang sudah tidak sama lagi

Kini telah ku sadari,
Sikapku yang seperti itu telah melukai hati,
Ya...melukai hatimu sekali lagi,
Padahal aku telah berjanji untuk tidak membuatmu menangis lagi,

Aku menyadari rasa sakit itu teramat perih sekali, menyesakkan di dalam sanubari,
Aku menyadari, aku belum tentu setangguh kamu, yang memendam itu selama ini,
Yang ingin kulakukan kini adalah untuk memperbaiki semua ini,
Belajar dari kesalahan dan kekeliruan yang telah terjadi,
Yang Kuharap, adalah kamu mau memberi sebuah kesempatan lagi,
Ya.....memberiku kesempatan untuk mengembalikan senyum diwajahmu lagi,

Yakinlah sang pujaan hati,
Bahwa aku tulus menyayangimu dan tidak ada niatan sedikitpun untuk membuatmu menangis lagi,
Maafkan aku sekali lagi, berikanlah kesempatan lagi, untuk memperbaiki semua ini,

Aku rindu tawamu yang dulu...
Aku rindu ceriamu yang dulu,
Aku rindu caramu bercerita kepadaku,

Sekali lagi, aku minta maaf ya :)

(Ilustrasi gambar by Otakubouzu)
Puisi Panda kepada sang Gajah. Bercerita di antara dinginnya pagi, dan mata yang enggan menutup, serta ketika matahari mulai menampakkan sinarnya lagi :)

Maaf dan Penyesalan

Malam kini telah larut, atau mungkin bisa disebut pagi. Tidak banyak hal yang terjadi hari ini, berkutat dengan survei dan persiapan untuk kegiatan praktikum. Dan sebelumnya salah seorang sahabatku telah menggenapkan salah satu kewajiban seorang muslim/muslimah pada hari ini, yaitu menikah. Selamat ya Riassalma Riskatiwi dan Mas Riza Rohman As'ad, semoga menjadi Keluarga yang sakinah, mawadah, wa rahmah, serta dikaruniai putra/putri yang sholeh/sholehah. Doakan bisa menyusul seperti kalian.

Malam ini tampaknya seperti malam biasanya, namun berubah ketika membaca permberitahuan di whatsapp. Sebenarnya malam ini aku ingin bercerita mengenai salah satu kisah yang membahagiakan di hidupku, namun tulisan tersebut untuk sementara ini aku simpan terlebih dahulu, karena ada suatu hal yang harus diselesaikan (dituliskan). Aku mengakui bahwa aku bukanlah pribadi yang baik, banyak kekurangan yang aku miliki, hingga akhirnya tersadar dengan segala hal yang dulu pernah aku lakukan. Sekejap aku teringat sebuah pepatah yang menyatakan bahwa "Apa yang kamu tanam, kelak kamu akan memanennya", atau dengan kata lain apa yang telah kamu lakukan terhadap orang lain, suatu saat akan kembali kepada kamu. 

Penyesalan memang datang belakangan, itulah kenapa banyak orang yang berpesan  untuk selalu berhati-hati dalam bertingkah laku, berhati-hati dalam bertutur kata, dan selalu berfikir sebelum melakukan suatu tindakan. Jujur, aku tidak bermaksud untuk menyakiti seseorang, namun karena kecerobohanku dimasa lalu dan responku yang sangat lambat, telah membuat luka di hati yang tertahan dalam waktu yang lama dan begitu dalam hingga akhirnya memuncakpada malam ini. Terima kasih sudah jujur dan terbuka. Ini akan menjadi pembelajaran yang berharga bagiku. sekali lagi, penyesalan itu datang lagi dan telah membuat luka. permintaan maaf saja tidak akan cukup, maka dari itu aku akan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi, dan semoga bisa memperbaiki apa yang telah terjadi.

Di akhir ceritaku pagi ini, ada sebuah kutipan yang sangat mencerminkan diriku saat ini dan kutipan ini aku peroleh dari @gemerlapsenja, yang menyatakan bahwa: 
"Rindu itu...seperti gemercik hujan, tidak bisa dihitung jumlahnya namun jelas keberadaannya" 


Sabtu, 19 November 2016

Mulai Dari Awal

Selamat datang !!! (ucapku sendiri didepan laptop). Lama sekali tak mengisi blog ini. Rasa malas telah menguasi diri, sehingga menggunakan banyak alasan untuk membela diri. Yup, membela diri mengapa sampai saat ini baru menulis kembali di blog ini. Banyak hal yang telah terjadi pada diriku dan orang-orang disekitarku. nantinya akan aku kisahkan mereka satu persatu, terutama tentang "tetangga kosku, seseorang yang senantiasa sabar dalam menemaniku bercerita dan menghiasi jalan ceritaku kurang lebih dua tahun ini".

Dibagian ini aku belum akan bercerita tentang banyak hal. karena jujur, setelah berhenti  lama dalam menulis di blog ini, cukup kesulitan untuk memulainya kembali. jari tangan masih terasa kaku untuk sekedar berjalan-jalan di atas keyboard, dan bahkan pikiran ini layaknya sebuah pedang, yang tumpul karena lama tidak digunakan dan diasah. Memulai sesuatu itu susah, dan ini sedang aku coba untuk membiasakan diri lagi, dan yang penting, jika sudah dimulai, terus dilanjutkan atau kata pepatah bijak bilangnya "perlu konsistensi'. Jangan sampai hanya menjadi lembaran pembuka saja, semoga bisa menuliskan cerita di lembaran-lembaran selanjutnya.